Wednesday, May 24, 2006

Predestinasi vs. Free Will, sebuah titik temu

Tulisan ini saya buat September 2001, waktu hangat-hangatnya perdebatan soal predestinasi vs. freewill dalam keselamatan di sebuah milis Kristen.

AL

------------------------------

Topik pertentangan antara faham predestinasi vs. kehendak bebas kelihatannya masih akan berlangsung terus sampai Yesus datang kedua kalinya. Sudah banyak argumen yang masing-masing cukup kuat yang diadu begitu rupa oleh para penganut masing-masing faham, tapi kelihatannya masih belum ada titik temu.

Beberapa hari ini saya coba merenungkan kembali perbedaan kedua faham ini, tiba-tiba timbul semacam 'pencerahan' dalam pikiran saya. Saya pikir bahwa kedua faham ini mestinya memiliki titik temu.

Allah kita adalah Alfa dan Omega, yang Awal dan yang Akhir. Itu berarti Dia sudah 'berada' di awal segala sesuatu dan sekaligus di akhir segala sesuatu. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkataan 'awal' dan 'akhir' berbicara masalah dimensi waktu, sedangkan Allah kita sama sekali tidak terikat oleh dimensi waktu ini. Dia bisa berada di masa lampau dan masa depan sekaligus.

Dari pertanyaan2 penganut faham predestinasi saya melihat bahwa salah satu alasan utama predestinasi adalah jika Allah memang merencanakan semua orang untuk selamat, maka semua PASTI selamat, karena rencana Allah tidak pernah gagal. Jadi kalau ada yang tidak selamat, itu berarti memang sudah ditetapkan sebelumnya. Disini kedaulatan Allah menempati posisi mutlak.

Sedangkan penganut free will mengatakan bahwa Allah mengasihi semua orang dan tidak mungkin Ia sengaja 'menetapkan' seseorang untuk dibinasakan selamanya. Jadi jika ada orang yang tidak selamat, itu pasti karena kehendak bebasnya untuk menolak berita Injil. Tentu saja kedua pandangan ini memiliki ayat2 pendukung masing-masing.

Saya berpikir bahwa kalau Allah kita sudah ada di akhir segala sesuatu, maka Ia pasti mengetahui siapa yang selamat dan siapa yang tidak, maka dari sudut pandang ilahi semua yang terjadi sekarang adalah sepertinya "sudah ditetapkan". Hal ini seperti kalau kita sudah menonton sebuah film, maka setelah mengetahui ending dari film tsb, kita bisa mengatakan bahwa jalan cerita film tsb sudah 'ditetapkan' untuk menjadi begini atau begitu. Disini kita bisa menerima ayat-ayat yang mengatakan tentang "ditetapkan untuk ... dari sejak awal penciptaan" atau "dipilih sejak semula". Ayat-ayat ini menjadi masuk akal dipandang dari sudut pandang Allah adalah Alfa dan Omega. Bagi Allah waktu tidaklah berarti. Awal penciptaan, saat ini, sampai akhir jaman, semuanya sudah terpampang jelas di hadapanNya. Dari sudut pandang ini, segala sesuatunya 'telah ditetapkan'.

Tetapi saya berpendapat bahwa meskipun Allah ada di akhir segala sesuatu, itu tidak berarti bahwa Ia menentukan segala sesuatu yang terjadi 'sekarang'. Dari sudut pandang manusia, skenario masih sedang berjalan dan belum berakhir, maka kita semua tidak tahu siapa bakal selamat siapa tidak. Kehendak bebas masing-masing manusia memegang peranan. Injil tetap harus diberitakan, barang siapa menerima Yesus akan diselamatkan, yang menolak akan binasa. Manusia bebas untuk memilih. Keselamatan ditawarkan kepada semua orang yang mau menerimanya. Disini ayat-ayat yang berbicara tentang "semua orang" atau "barangsiapa yang menanggapi" menemukan konteksnya.

Disini saya pikir bahwa mungkin inilah 'titik temu' faham predestinasi dengan free will. Tapi tentu saja mesti ada pelebaran sudut pandang dari kedua jenis faham agar bisa menyetujui hal ini. Jadi predestinasi benar dari sudut pandang Allah yang Alfa dan Omega dan free will benar dari sudut pandang manusia sebagai pelaku yang terikat oleh dimensi waktu. Bagi Allah semuanya 'telah selesai', sedangkan bagi manusia semuanya masih 'sedang berlangsung'. Jadi predestinasi dan free will kedua-duanya benar, hanya dibutuhkan sudut pandang yang berbeda untuk melihat kebenaran dari masing-masing faham. Bagaimana pendapat anda?

3 comments:

Anonymous said...

Shalom Aleikhem.

Saudaraku, jika Si A, sejak semula sudah ditetapkan untuk masuk Neraka, maka tak perduli ia menerima Yesus atau tidak, baginya telah dipastikan akan ke Neraka. Itulah paham Predestinasi.

Allah adalah Alfa & Omega, tak terikat ruang & waktu. Ketika diciptakannya Manusia pertama, Ia tahu bahwa manusia bisa jatuh dlm dosa, tapi Ia tidak mentakdirkan bahwa Adam akan jatuh. Kehendak Bebas Adam yg membuat ia jatuh. Adam memilih percaya kepada tipu daya daripada taat kepada Allah.

Dan GEREJA-lah yang sejak semula di Predestinasi sebagai sarana bagi Keselamatan dan Jalan ke Surga bagi manusia & Mesias adalah Kepalanya. Kita tidak dapat menarik dari ayat-ayat yg belakangan dianggap sebagai dasar ajaran Predestinasi itu menunjuk kepada pemilihan orang per orang.

We Shalom

C said...

setiap orang yang selamat pasti percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat tetapi yang jadi permasalahannya adalah "...tidak ada seorangpun yang bisa datang kepada-Ku jika Bapa tidak menariknya."

bagaimana dengan hal ini?

Agus Lianto said...

@C: memang semua orang yang datang pada Kristus pastilah karena diundang/ditarik oleh Bapa. Masalahnya adalah tidak semua orang yang mau menuruti tarikan itu. Mereka yang menyambut undangan tersebut akan percaya dan diselamatkan.