Wednesday, May 24, 2006

Allah Yang "Terbatas"

Setelah beberapa kali membaca seluruh Alkitab, saya mengambil kesimpulan bahwa Allah kita adalah Allah yang "terbatas". Yang membatasi Allah adalah diriNya sendiri, karakterNya sendiri. Sebagai contoh: Allah tidak bisa melanggar janjiNya, Allah tidak bisa berubah setia. Allah pastilah bisa"membatasi" kuasaNya karena Ia Maha Kuasa.

Salah satu karakter yang 'sangat' membatasi Allah adalah Kasih. Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8,16). Kasih yang sempurna justru tidak bisa berdiri sendiri. Kasih memerlukan obyek, untuk itulah Allah menciptakan manusia. Kalau boleh saya mengatakan: "Tanpa manusia, kasih Allah tidak sempurna". Kasih yang sempurna membutuhkan dua pihak yang saling mengasihi secara bebas. Kasih membuat seseorang merendahkan diri dan membatasi diri. Bagi saya betapa menyedihkannya jikalau ada orang yang mengasihi saya karena memang "tidak bisa menolak" kedaulatan saya atau karena saya menciptakannya seperti itu.

Saya tidak tahu berapa kali Allah Alkitab memberikan respon kepada umatNya sebagai seorang kekasih. Ketika Dia 'terharu' pada iman Abraham waktu Abraham rela mengorbankan Ishak, murka ketika umatNya melanggar perintahNya, rindu untuk berada dekat umatNya, menyesal ketika ia menghukum umatNya, dst. Allah Alkitab betul-betul adalah Allah yang memiliki hati seorang Bapa kepada anak-anakNya. Segala pergumulan seorang yang jatuh cinta telah dirasakanNya, betapa LUAR BIASAnya Allahkita.

Yer 18 : 7-10 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.

Yeh 18 : 21-24 Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya. Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup? Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik--apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.

Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa tindakan Allah 'tergantung' kepada tindakan umatNya dan tanggapan umatNya menentukan apayang akan dilakukanNya. Inilah resiko dari sebuah relationship, dimana satu sama lain saling mempengaruhi. "Allah tidak berkenan kepada kematian orang fasik", bagaimana itu bisa terjadi kalau Dia yang merencanakan kematian orang fasik itu?

TETAPI....

Roma 9:14-21 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidakadil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

Saya melihat ayat-ayat di atas digunakan sebagai (salah satu) dasar untuk konsep predestinasi. Ayat-ayat tsb seakan-akan bertentangan dengan tulisan saya di atas, namun jika kita melihat ayat-ayat selanjutnya:

Roma 9:30-32 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan.

Lalu Roma 11:7-11
Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, seperti ada tertulis: "Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini." Dan Daud berkata: "Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk." Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu.

Maka saya mengambil kesimpulan, bahwa predestinasi (bagi saya) adalah sebuah penggenapan rencana Allah melalui kehendak bebas manusia. Dengan kemahakuasaanNya, Allah sanggup membuat sebuah pilihan bebas bekerja untuk rencanaNya (ingat Roma 8:28). Apakah mereka harus jatuh (Rom 11:11) karenaAllah sudah mempredestine demikian? Jawabnya ialah: tidak Mengapa Israel tidak mencapai tujuannya, karena Allah menghendaki demikian? Jawabnya:tidak (Rom 9:32). Jadi Rasul Paulus kelihatannya meletakkan prinsip bahwa tanggapan (pilihan) bebas kita terhadap Firman Allahlah yang membuat segala sesuatu terjadi seperti apa adanya.

KESIMPULAN

Bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, dan tidak ada sesuatupun yang berlaku di luar kendaliNya. *Entah* bagaimana kehendak bebas manusia, di satu sisi tetap tidak akan mampu membatalkan apa yang telah Dia rencanakan oleh kasih karuniaNya. Tetapi pada saat yang sama Dia tidak bertanggung jawab atas pilihan bebas tersebut, bukan Dia yang membuat manusia membuat pilihan tertentu, Dia tidak pernah menggunakan kuasaNya untuk "memaksakan" rencanaNya. Namun dalam kebebasan mutlak manusia tersebut, rencanaNya tetap berjalan, meskipun Dia sendiri harus murka, berduka, dll. Jadi manusia menuai apa yang ditaburnya, dan Allah akan menerima segala kemuliaan yang memang layak Dia terima.

Selebihnya adalah misteri...

Roma 11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

Amin.

No comments: