Saat saya menulis artikel ini, Indonesia telah
memiliki dua pasangan calon tetap untuk menduduki jabatan presiden dan wakil
presiden. Dalam pengamatan saya, baru kali ini pertarungan untuk menjadi orang
nomor satu di Indonesia berlangsung begitu seru. Mungkin karena hanya ada dua
pasangan calon dimana pemilu nantinya hanya akan berlangsung satu putaran, dan
juga masing-masing calon ternyata punya basis pendukung yang sangat kuat. Dua
pihak masing-masing adalah ‘kuda hitam’, dengan kekuatan dan kelebihan
masing-masing. Dengan gencarnya pemberitaan di media, harapan masyarakat untuk
Indonesia yang lebih baik membumbung tinggi, ditumpukan pada kedua pasangan calon
ini.
Tapi sejujurnya saya berpikir, siapapun yang
terpilih menjadi presiden, masa depan negara ini tetap ada di tangan rakyatnya.
Adalah sangat tidak realistis jika kita berpikir bahwa satu orang presiden,
siapapun dia, dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dengan
kemampuannya sendiri. Setiap warga negara memiliki peran sangat penting untuk mendorong
atau menghambat kemajuan negara. Saya melihat kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya peran mereka dalam memajukan negara ini dalam tingkah laku
keseharian mereka. Rakyat Indonesia lebih cenderung menumpukan harapan mereka
sepenuhnya kepada seorang pemimpin ‘super’, satria piningit, ratu adil, atau
apapun sebutannya. Pemimpin yang diharapkan kemudian dikultuskan begitu rupa –
sampai muncul berbagai spanduk ‘siap mati’ untuk membela – tapi kemudian
dihujat dan dikutuk jika dianggap gagal.
Sebuah contoh tentang abainya masyarakat
terhadap peran mereka baru saja terjadi di Surabaya. Demi berebut es krim
gratis, puluhan ribu orang menginjak-injak taman kebanggaan kota, menghancurkan
taman yang telah dibangun bertahun-tahun, yang sempat dinobatkan menjadi taman
terbaik se Asia. Peristiwa ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat
tentang peran mereka dalam menjaga kota mereka sendiri. Mungkin mereka berpikir
bahwa menjaga taman kota adalah urusan walikota atau dinas pertamanan, sehingga
mereka merasa tidak perlu bertanggung jawab untuk menjaganya. Hancurnya taman
Bungkul Surabaya adalah contoh kecil apa yang bisa terjadi jika masyarakat
tidak menyadari kekuatan peran mereka masing-masing. Dalam skala nasional, kehancuran
yang terjadi bisa lebih mengerikan saat semua rakyat hanya memikirkan diri
sendiri dan menempatkan para pemimpin sebagai penanggungjawab tunggal kemajuan
bangsa.
Rakyat Indonesia sebenarnya tidak membutuhkan
seorang satria piningit atau ratu adil untuk menuju masa depan cerah. Pemimpin
yang baik memang penting, tapi di masa sekarang kejayaan sebuah bangsa lebih
ditentukan oleh keterlibatan dan kecintaan rakyat terhadap bangsanya. Kita
semua boleh memilih calon presiden sesuai dengan hati nurani kita
masing-masing, tapi lebih penting untuk menemukan peran praktis apa yang bisa
kita lakukan untuk kejayaan Indonesia. Kita bisa mendahulukan kepentingan umum
di atas kepentingan pribadi: menjaga kebersihan lingkungan, taat berlalulintas,
berhati-hati dalam menggunakan fasilitas umum dan berbagai keterlibatan lainnya.
Indonesia akan maju pesat dengan kepemimpinan yang baik dan dengan rakyat yang menyadari peran mereka masing-masing. Indonesia milik kita bersama, Indonesia adalah kita. Kitalah yang akan menentukan nasib bangsa ini di masa depan bersama pemimpin yang akan kita pilih bersama. Tuhan memberkati.
No comments:
Post a Comment