Thursday, December 29, 2005

Haruskah Orang Kristen Sembuh?

Sampai saat ini setiap orang Kristen yang sakit, apalagi sakit parah, pastilah berdoa atau minta didoakan agar mengalami kesembuhan. Ada beberapa doa yang dijawab, mujizat terjadi, penyakit hilang. Namun di sisi lain, ada banyak doa yang sepertinya tidak dijawab, dan orang yang didoakan tetap dalam penyakitnya, bahkan sampai maut menjemput. Tentu saja bagi mereka yang menerima mujizat kesembuhan, tidak ada lagi yang perlu dipergumulkan. Pergumulan hanyalah bagi orang-orang yang sudah berdoa dan beriman, tapi tidak disembuhkan. Apa yang sebenarnya terjadi? Haruskah orang kristen senantiasa disembuhkan dari penyakitnya oleh kuasa Tuhan?

Tidak hanya itu, kekristenan juga memiliki beberapa pandangan yang berbeda-beda tentang kesembuhan ilahi ini. Dari yang menolak sama sekali, sampai yang menyatakan bahwa setiap orang Kristen pasti akan disembuhkan Tuhan. Kalangan yang menolak, biasanya dari kalangan calvinis yang cessasionist, kemudian mencap orang-orang yang mempercayai kesembuhan Ilahi, biasanya dari kalangan karismatik, sebagai orang sesat, percaya kuasa perdukunan, dsb.

Paradoks antara iman yang menuntut kesembuhan dan realita yang ada bahwa tidak semua orang mengalami kesembuhan, walaupun sudah memenuhi semua syarat iman, dapat disamakan seperti paradoks antara paham predestinasi & freewill. Seseorang yang mendoakan dengan iman dan kesungguhan adalah sama dengan seorang penginjil Calvinis yang dengan berkobar-kobar memberitakan Injil.

Menurut paham predestinasi, tidak semua orang akan selamat, walaupun demikian kita dipanggil untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dengan kesungguhan, karena kita 'tidak tahu' mana yang selamat dan mana ditetapkan untuk tidak selamat. Demikian juga dengan doa kesembuhan. Lucunya, dalam hal mendoakan kesembuhan, orang karismatik cenderung lebih "Calvinis" dari pada rekannya yang lain. Orang karismatik berkata, "kita tidak tahu mana yang
akan disembuhkan", namun pada waktu mereka berdoa untuk kesembuhan, mereka melakukannya seolah-olah semua orang akan disembuhkan. Jadilah orang-orang karismatik ini dengan semangat mengimani apapun yang pernah dijanjikan Tuhan di Alkitab, sementara realita kadang-kadang berbicara sebaliknya.

Menurut saya sembuh atau tidak seseorang yang didoakan tidaklah perlu dipertanyakan lebih lanjut. Hal ini akan membawa kepada pertanyaan "mengapa?", sebuah pertanyaan yang boleh dibilang tidak akan ada jawabnya selama kita masih di dunia ini. Meskipun kesembuhan ilahi - bagaimanapun juga - tidaklah SELALU terjadi, namun ada beberapa yang bisa dipastikan dalam soal ini, sehingga patutlah bagi kita orang percaya untuk terus berdoa bagi orang sakit dan tetap percaya bahwa Tuhan pasti akan bekerja.

Hal-hal yang mengenainya kita bisa memiliki kepastian ialah:

  1. Tuhan menghargai iman kita lebih dari mujizat yang mungkin dihasilkan
    oleh iman itu.

    Mujizat adalah pekerjaan ringan bagi Tuhan, tapi Dia sangat menyukai iman kita. Apakah iman itu akan dihargai dengan mujizat atau dengan penghargaan lain, itu sepenuhnya adalah hakNya. Tapi jika kita berdoa tanpa iman, dengan pikiran "kalo Tuhan mau sembuh ya sembuh kalo tidak ya sudah", maka dia tidak berkenan atas doa kita. Iman di dalam setiap doa menjadi sebuah hal yang manis bagi Tuhan, berkenan di hatiNya. Alkitab bahkan mengatakan bahwa "segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa" - Roma 14:23. Sebab itu kapanpun kita berdoa untuk orang sakit, berdoalah dengan segenap iman dan kesungguhan, dengan percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan orang tersebut, walaupun sebenarnya kita 'tidak tahu' mana yang betul-betul disembuhkan dan mana yang tidak. Jika kita ada dipihak yang sakit, iman yang
    bertahan pada waktu tidak disembuhkan adalah jenis iman yang sangat menyukakan hati Tuhan, yaitu iman yang disertai dengan ketekunan. Jika kesembuhan terjadi, iman sepertinya 'menyelesaikan' tugasnya, dan tidak diperlukan lagi untuk area itu.
  2. Sembuh atau tidak, pekerjaan & kemuliaan Allah harus dan akan dinyatakan dalam diri orang tsb.
    Manakah yang lebih menjadi berkat, Joni Earikson Tada yang tidak pernah sembuh
    dari penyakitnya atau, katakanlah, Daniel Ekekchuwu yang mengalami kebangkitan dari kematian? [utk sementara kita kesampingkan dulu pandangan yang mengulas kepalsuan dari mujizat ini] Dalam kedua orang tersebut, Allah bisa menyatakan pekerjaannya. Apakah waktu seseorang tidak disembuhkan secara mujizat berarti Allah tidak bekerja? Saya percaya jika seseorang telah didoakan dengan iman maka pekerjaan Allah PASTI akan dinyatakan. Jika ia sembuh, ia akan menguatkan banyak orang, jika ia tidak sembuh, ia bisa menguatkan LEBIH banyak orang. Mereka inilah yang akan menjadi saksi-saksi iman di dunia ini, menguatkan orang-orang yang senasib dengan mereka tentang kesetiaan Allah. Orang yang sembuh memiliki kesempatan lebih banyak untuk melayani Tuhan di dunia dengan kesehatan tubuh jasmani mereka, sedangkan orang yang tidak disembuhkan memiliki kesempatan lebih besar untuk melayani Tuhan dengan iman dan kesetiaan mereka. Kedua-duanya berharga bagi Tuhan.
  3. Sembuh atau tidak, kesempurnaan dan kemuliaan tubuh sorgawi menanti
    mereka.

    Saya percaya, sembuh atau tidak sembuh tidaklah terlalu berarti bagi Allah. Orang percaya yang tidak disembuhkan dari penyakitnya akan memiliki pengharapan yang lebih tinggi terhadap tubuh sorgawi. Kerinduan untuk dilepaskan dari tubuh jasmani yang penuh cacat ini adalah kerinduan yang ilahi, kerinduan untuk bersekutu dengan Allah untuk selama-lamanya. Waktu tubuh ini melemah karena penyakit, apalagi yang membawa kepada kematian, orang disekitar kita akan berdukacita, namun surga justru bersiap-siap dengan sukacita untuk menyambut warganya pulang ke rumah. Pada waktu mujizat terjadi dan kesembuhan tercipta, surga juga bersuka cita karena pekerjaan Allah melalui orang tersebut masih belum selesai.

Jadi marilah kita tidak mengarahkan kita pada hal-hal yang bersifat sementara. Alkitab berkata bahwa yang kelihatan bersifat sementara, sedangkan yang tidak kelihatan bersifat kekal (2 Kor 4:18) Kesembuhan badani adalah hal yang terlihat, bersifat sementara dan tidak kekal, walaupun terjadi lewat mujizat. Sebaliknya ketidaksembuhan juga adalah hal yang terlihat, sementara dan tidak kekal juga. Jika kita mengukur kebenaran iman seseorang dari apa yang kelihatan, maka kita sedang melakukan hal yang sia-sia. Berdoa dengan iman untuk adanya mujizat adalah sesuatu yang benar dan tetap harus dilakukan, dengan tidak menaruh pengharapan kepada hal-hal yang kelihatan. Lagipula pada saat tidak ada jawaban yang terlihat dari doa yang penuh iman, justru perkara yang kekallah yang sedang ditawarkan oleh Allah sebagai jawaban atas doa itu.

Kesimpulannya: Berdoalah seperti orang karismatik yang Calvinis.

No comments: