Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," Flp 2:5-11
Jika kita mencoba mencermati keTuhanan Kristus, kita bisa melihat ada dua sisi yang berjalan bersamaan. Pertama, Yesus sendiri adalah Tuhan sejak mulanya, Dia memiliki rupa Allah dan setara dengan Allah. Tanpa perlu turun ke bumi dalam rupa manusia, Yesus tetap adalah Tuhan. Sisi yang kedua, seperti kutipan kitab Filipi di atas, Yesus “dijadikan” Tuhan melalui peninggian dari Allah sebagai upah atas ketaatan-Nya untuk merendahkan diri sampai mati di atas salib. Sehingga boleh kita simpulkan bahwa gelar keTuhanan Kristus adalah sebuah status yang telah dimiliki-Nya sejak kekal, tapi juga sebuah status yang diperoleh-Nya melalui perjuangan sampai titik darah penghabisan.
Kita juga perlu melihat bahwa sebelumnya rasul Paulus sempat meminta pembaca untuk “…menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah…”(ay 5), dan setelah menjelaskan bagaimana Yesus dalam rupa Allah telah merendahkan diri, ia melanjutkan dalam ayat 12, “…karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,…”. Dengan membaca seluruh bagian ini, nampak bahwa sebagaimana keTuhanan Kristus memiliki dua sisi, begitupun keselamatan kita.
Dalam minggu mendatang kita akan memperingati lagi karya Kristus di kayu salib. Oleh persembahan Tubuh dan Darah Kristus, hari ini kita beroleh kepastian keselamatan. Memandang salib Kristus, kembali kita disadarkan bahwa, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,…” (Ef 2:8). Itulah sisi pertama dari keselamatan kita, bahwa kita saat ini telah memiliki status sebagai anak Allah, pewaris sorga. Status ini langsung kita miliki pada saat kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan. Tidak hanya itu, status keselamatan kita begitu kuat karena dimeteraikan dengan darah Perjanjian Baru, yaitu darah Kristus sendiri. Namun keselamatan kita juga memiliki sisi yang kedua, yaitu keselamatan yang perlu dikerjakan dan diperjuangkan dengan “takut dan gentar”. Sebagaimana Yesus melakukan bagian-Nya sehingga Allah kemudian sangat meninggikan Dia, demikian pula setiap kita harus melakukan bagian kita, mengerjakan keselamatan kita dengan segenap hati dan tenaga.
Dengan melihat apa yang dilakukan oleh Yesus, kita bisa mendapat gambaran tentang bagaimana mengerjakan keselamatan itu. Diawali dengan kemuliaan yang ditanggalkan, Yesus kemudian mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba. Sebagai hamba, Kristus bekerja dan berkorban begitu rupa, sampai Ia layak menerima kemuliaan-Nya kembali sebagai upah, bukan sebagai sesuatu yang telah dimiliki-Nya sejak semula. Mengerjakan keselamatan juga diawali dengan cara yang sama, kita sepertinya perlu menanggalkan status kita sebagai pewaris sorga, dan mulai merendahkan diri dan bekerja keras seolah-olah keselamatan kita ditentukan oleh perbuatan dan diberikan sebagai upah. Hidup kita harus benar-benar dijaga dan diarahkan agar kita layak untuk masuk sorga kelak. Sebagaimana Yesus pernah bersabda, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”(Mat 5:20), begitulah tanggung jawab dari seorang Kristen yang sedang mengerjakan keselamatannya.
Langkah selanjutnya adalah ketaatan mutlak dalam kerendahan hati. Sebagaimana Yesus merendahkan diri dan taat sampai mati dan kemudian ditinggikan, demikian pula kita perlu rendah hati dan taat, sampai pada waktunya kita ditinggikan dan layak masuk sorga. Mungkin ada beberapa orang yang ditentukan untuk taat sampai mengorbankan nyawa. Tapi saya rasa untuk sebagian besar kita, kematian yang dituntut adalah kematian terhadap kepentingan diri sendiri, dan hidup sepenuhnya bagi Kristus. “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda,…” (Fil 2:14), lanjut Paulus dalam suratnya, mendorong ketaatan setiap umat Allah untuk mengerjakan keselamatan mereka masing-masing dalam ketaatan dan kerendahan hati.
Pada hari penghakiman terakhir, dilukiskan bahwa orang akan dihakimi menurut perbuatan mereka (Wah 20:12), bukan menurut pengakuan mulut mereka saja. Mari kita mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, tapi sekaligus dengan sukacita, karena Allah adalah hakim yang sangat adil, yang akan meninggikan orang-orang yang rendah hati dan taat. Segala jerih lelah kita untuk Kristus tidak akan pernah sia-sia, upah yang sangat besar menanti orang-orang yang dengan tekun mengerjakan keselamatan mereka sampai akhir. Tuhan memberkati!
No comments:
Post a Comment