Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." – Yoh 20:17
Bagi para murid, hari-hari sejak kebangkitan Kristus adalah hari-hari yang membingungkan. Betapa tidak, beberapa dari mereka menyaksikan sendiri kubur Yesus telah kosong, kemudian beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka telah bertemu dengan Yesus yang bangkit. Sebagian besar murid malah tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit. Kita bisa melihat kisah dua orang murid yang berjalan ke Emaus (Luk 24:13-24), dimana mereka berdiskusi begitu seru tentang semua hal yang terjadi, sampai tidak menyadari bahwa orang ketiga yang bergabung dalam percakapan mereka adalah Yesus sendiri.
Salah satu keanehan yang terjadi adalah, Yesus tidak lagi bersedia menyertai murid-murid-Nya seperti sediakala. Yesus memang menemui beberapa murid-Nya, tapi Ia tidak pernah tinggal lebih lama dengan mereka. Dia selalu menghilang setelah melakukan perjumpaan dan menyampaikan pesan. Dalam pertemuan-Nya dengan Maria Magdalena Yesus bahkan menolak untuk disentuh. Dalam bahasa Yunani kata jangan “memegang” yang dikatakan Yesus kepada Maria memiliki arti jangan “melekat/bergantung”. Bukan berarti bahwa Yesus tidak boleh dipegang, karena dalam banyak kesempatan lain Ia mengijinkan murid-murid-Nya untuk memegang Dia. Tapi sejak kebangkitan-Nya, Yesus sepertinya menghendaki sebuah relasi yang samasekali baru dengan para murid, sebuah relasi yang berbeda, karena Ia tahu bahwa Ia akan segera meninggalkan mereka dan kembali ke Sorga.
Jika kita cermati, setiap kali Yesus berjumpa dengan murid-murid-Nya, Ia tidak lagi menempatkan diri sebagai Pribadi yang senantiasa mencukupi dan menjawab kebutuhan para pengikut-Nya. Di setiap perjumpaan, selalu terdengar perintah “pergilah… dan katakan…”, atau “gembalakanlah…” Yesus yang bangkit bukan lagi datang untuk melayani, tapi setiap kali Ia datang, Ia memberikan perintah. Yesus yang bangkit adalah Yesus dalam keadaan-Nya yang semula, Tuhan segala Tuhan dan Raja segala Raja. Yesus menolak saat Maria ingin menyentuh-Nya dengan sikap bergantung seperti sebelumnya, sebaliknya Ia memerintahkan: “pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka…”. Yesus sepertinya ingin menyatakan, “Jangan lagi bergantung padaKu seperti dahulu, Aku akan segera meninggalkan kamu, tapi kerjakanlah bagianmu seperti Aku melakukan bagian-Ku”
Dalam perintah di atas ada satu keunikan, Yesus menyebut para murid-Nya sebagai “saudara”, dan kemudian Ia menyebut Allah Bapa sebagai “Bapa-Ku dan Bapamu”. Kali ini Yesus berbicara sebagai sang Anak Sulung, yang bangkit dari antara orang mati, berbicara bukan kepada para pengikut yang bergantung, tapi kepada saudara-saudara-Nya. Sebagaimana Yesus telah melakukan seluruh kehendak Bapa, ini waktunya bagi “saudara-saudara-Nya” untuk melakukan hal yang sama. Setelah kebangkitan Kristus, para murid tidak lagi dipandang sebagai orang-orang tak berdaya, tapi menjadi saudara se-Bapa, dipanggil, dilengkapi dengan kuasa dan diperintahkan untuk melakukan hal yang sama dengan yang Yesus lakukan. Yesus telah menyelesaikan tugas-Nya dengan sempurna dan sebentar lagi Dia harus meninggalkan semua murid-Nya. Para murid harus sadar, bahwa mereka tidak bisa lagi bergantung pada Yesus seperti sebelumnya. Mereka akan diantar menuju satu jenis relasi kebergantungan yang baru, dimana bukan Yesus lagi yang bersama dengan mereka secara badani, tapi Roh Kudus yang akan tinggal dan bekerja di dalam mereka. Sebelum kematian-Nya Yesus pernah berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Yoh 16:7). Ada waktunya bahwa lebih baik murid-murid dipisahkan dari Yesus, supaya mereka belajar bergantung dan sekaligus bekerja sama dengan Roh Kudus yang akan memberi mereka kuasa untuk melakukan kehendak Allah.
Sebagai pengikut Kristus yang bangkit, kita perlu menyadari bahwa sekarang bukan waktunya untuk memandang diri sebagai pengikut tanpa daya dari seorang ‘manusia super’. Bukan lagi waktunya untuk ‘bergantung’ kepada Yesus sebagaimana para murid dulu bergantung pada-Nya. Lewat kematian dan kebangkitan Kristus, kita diangkat menjadi “saudara”, dengan kuasa dan otoritas yang serupa dengan sang Kakak Sulung. Saat ini kitalah yang harus menjadi terang dunia, melayani, menjadi berkat, mendoakan orang sakit, memulihkan hati yang terluka, hidup dalam kekudusan, dst. Hidup kita harus mencerminkan kemenangan Kristus atas maut. Kristus memang tidak lagi bersama kita secara badani, tapi Roh Kudus yang sama, yang memberi kuasa pada Yesus untuk menyelesaikan segenap rencana Allah, saat ini berdiam juga dalam hidup kita. Ini bukan lagi waktunya untuk ‘bergantung’, tapi waktunya untuk bekerja, seperti kata rasul Paulus, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” (Fil 1:22). Tetap kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, maka Kristus akan hadir lagi di dunia, bukan lagi dalam bentuk manusia, tapi melalui tubuh-Nya yang am yaitu Gereja. Amin.