“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga” (Ef 1:18-20)
Salah satu berkat terbesar, yang jarang dinikmati secara penuh oleh orang percaya adalah berkat dari kehidupan yang sepenuhnya dikuasai oleh keTuhanan Kristus. Memang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan adalah langkah awal kehidupan Kristen setiap orang. Tapi dalam perjalanan hidup setelah mengenal Kristus, keTuhanan Kristus mulai kehilangan pengaruhnya, dan orang Kristen kemudian melanjutkan hidupnya sebagai orang yang percaya Yesus adalah Tuhan, tapi tidak menerima seluruh berkat yang disediakan dari kepercayaan itu.
Di tengah semua kemajuan dan kemudahan yang diberikan oleh teknologi, umat Kristen, khususnya yang tinggal di kota besar cenderung memiliki pandangan bahwa hidup yang diberkati Tuhan adalah hidup yang diwarnai oleh kemudahan dan kenyamanan. Tanpa sadar, umat Allah kemudian menempatkan Tuhan dalam posisi sebagai pihak yang akan menjaga dan menjamin bahwa hidup akan senantiasa nyaman dan mudah, bahwa kehidupan nyaman dan mudah adalah sebuah keniscayaan & tanda berkat Allah. Disadari atau tidak, Yesus saat ini lebih dikenal sebagai juru penolong, kekasih, sahabat yang baik, pemelihara, penyembuh, pemecah masalah, jawaban berbagai persoalan, penghibur, dan banyak lagi. Lagu-lagu favorit umat Kristen biasanya berkisah tentang semua atribut di atas. Tentu saja semua atribut tadi tidaklah salah, tapi memiliki satu kelemahan: fokusnya bukan pada keTuhanan Yesus Kristus.
Akibat dari semua itu adalah, orang Kristen gagal untuk menerima berkat yang jauh lebih besar daripada sekedar hidup yang mudah dan nyaman. Terlalu berfokus pada kenyamanan, mereka menjadi lebih sulit mengucap syukur, terlalu sensitif pada penderitaan & lebih mudah mengeluh. Mereka tidak lagi berharap lebih dan memiliki pengharapan yang sama dengan pengharapan orang yang tidak mengenal Allah, yaitu berharap pada hal-hal yang kelihatan dan bersifat sementara: uang, kesejahteraan, kesehatan, kepopuleran, dst. Walaupun semua berkat tersebut memang disediakan Allah, tapi sangat remeh jika dibandingkan dengan berkat sesungguhnya yang disediakan Allah melalui kehidupan yang berTuhankan Kristus.
KeTuhanan Kristus memiliki sebuah pesan utama: Yesus berdaulat penuh atas hidup umatNya. Dia adalah Tuhan, kita adalah hamba. Hidup kita bukan milik kita lagi. Kita ini “…telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” (1Kor 6:20) Kehidupan Kristen adalah sebuah mandat untuk menghasilkan buah demi Kerajaan Allah dan melakukan segala perintah sang Tuan tanpa berbantah-bantah. Sebagai hamba, kemudahan dan kenyamanan hidup bukan menjadi yang utama, tapi menyerahkan segala kehendak pribadi di bawah kedaulatan sang Majikan.
Ironisnya, pada jaman sekarang kedaulatan Yesus barulah diakui dan diingat pada saat orang Kristen mengalami kejadian buruk atau malapetaka yang tidak bisa dihindarinya lagi. Saat kematian menjemput orang yang kita cintai, saat usaha yang dirintis ambruk dan tidak tertolong, saat seperti itulah orang kemudian –mau tidak mau – belajar untuk melihat Yesus sebagai Tuhan yang berdaulat yang mengendalikan segala sesuatu. Melihat bencana tsunami di Jepang baru-baru ini, kedaulatan Allah langsung muncul di pikiran. Dalam dunia hukum/asuransi bahkan ada istilah ‘act of God’ yang merujuk pada bencana alam yang tidak bisa dihindarkan, dan itu dikatakan sebagai ‘perbuatan Allah’. Sungguh menyedihkan jika kita dipaksa mengakui keTuhanan Kristus pada saat mimpi-mimpi kita hancur berantakan.
Mengapa tidak kita mengakui kedaulatan Kristus pada saat hidup kita berlangsung lancar dan segala rencana kita berjalan dengan baik? Bagaimana jika pada saat Tuhan memberkati segala usaha, pelayanan dan keluarga kita, kita menyerahkan kembali segala berkat tersebut dalam penundukan diri pada keTuhanan Kristus? Di tengah segala kelimpahan kita bisa tetap berlaku seperti hamba, taat dan tunduk penuh pada kehendak Tuhan, menyadari bahwa jika Tuhan memberikan berkat, Dia merencanakan agar kita menggunakan berkat tersebut sesuai dengan kehendakNya. Bagaimana jika di tengah semua kesibukan yang menumpuk akibat order yang membanjir, kita tetap menyediakan waktu yang terbaik untuk melayani, mendoakan orang, terlibat aktif dalam KESAN? Bukannya menggunakan seluruh berkat jasmani tersebut untuk membangun kehidupan yang mudah dan nyaman bagi diri sendiri, kita justru berlutut di kaki Tuhan, menyadari besarnya tanggung jawab yang telah dipercayakan kepada kita dan mencari tahu apa kehendak Tuhan dengan semua kelimpahan ini.
Itulah kehidupan yang benar-benar berTuhankan Kristus. Untuk orang yang seperti ini, berkat Tuhan akan melampaui apa yang dapat dilihat mata. Tuhan akan mengadakan ikat janji dengan orang semacam ini, memberkati dan menjamin kehidupan anak cucunya. Tidak hanya di lingkup keluarga, Tuhan akan memakai orang semacam ini untuk memberkati generasi demi generasi. Orangnya mungkin akan meninggal dunia, tapi inspirasi hidup yang ditinggalkannya bisa menjangkau puluhan generasi sesudahnya. Mereka akan “…mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10).
Saat orang yang berTuhankan Kristus mengalami masalah, ia justru akan terbang makin tinggi, karena masalah tersebut akan mendewasakan imannya. Bukannya jatuh dalam keluhan, dia akan makin diperkuat dalam imannya, menyadari bahwa “…penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya,…” (2Kor 4:17) Ucapan syukur akan selalu mengalir dari bibirnya, kemenangan menjadi sebuah kepastian. Alkitab mendorong kita untuk mengerti “…betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya” (Ef 1:18-19). Mari kita berdoa agar kita bisa mengalami berkat dan kuasa di dalam kehidupan seorang yang sungguh-sungguh menjadikan Yesus sebagai Tuhan!
No comments:
Post a Comment