AL
---------------------
Turning the Tide of
Risky Teen Behavior
by Saleem Ghubril
by Saleem Ghubril
Tapi ada seorang pemuda – saya memanggil dia Kevin – memiliki masa depan yang sangat baik. Saya sangat memperhatikan dia dan menyediakan waktu setiap hari Sabtu untuk bisa memuridkan dia secara pribadi. Dia memiliki potensi kepemimpinan yang besar dan berwajah rupawan, walaupun hidupnya penuh tragedi: ayahnya dibunuh, beberapa pamannya dipenjarakan, dan sepupunya bunuh diri dengan melompat dari loteng karena halusinasi akibat obat bius. Tapi sayangnya, walaupun potensinya begitu besar, Kevin akhirnya terjerumus dalam kegiatan negatif gangnya. Pada suatu hari Sabtu dimana kami tidak bisa bertemu (karena saya melayani di sebuah retreat), Kevin terlibat dalam tawuran antar gang dan kehilangan nyawanya.
Empat hari kemudian, saya memakamkan dia.
Mengapa beberapa anak muda mudah sekali terjerumus dalam perilaku beresiko tinggi, sementara anak-anak lain bisa bertahan dari jebakan itu? Bahkan setelah memutuskan untuk mengikut Yesus, mengapa banyak anak muda masih bisa bermabuk-mabukan, kecanduan obat terlarang, hamil di luar nikah, dan bahkan terbunuh? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan membingungkan yang harus dihadapi oleh setiap pelayan kaum muda.
Meskipun pekerjaan saya membuat saya bisa berjumpa dengan ribuan anak muda yang terlibat dalam pelayanan, dan melihat sendiri ratusan anak yang membuat pengakuan iman, hanya sejumlah kecil dari mereka yang benar-benar diubahkan secara nyata dengan melihat kualitas hubungan, perilaku dan penampilan mereka. Oleh karena itu, bertahun-tahun saya bergumul dalam keprihatinan melihat pilihan-pilihan yang dibuat anak-anak ini dan “tidak nyambung”nya kepercayaan mereka dan
Anak-anak muda datang pada Yesus dan mau mengikuti pelajaran Alkitab, tapi mereka tetap saja terjebak dalam cengkraman perilaku yang destruktif. Sampai saya akhirnya harus memilih antara dua kesimpulan: Entah Injil telah kehilangan kekuatan untuk mengubahkan kehidupan, atau saya yang kehilangan suatu elemen penting untuk menghubungkan injil dengan kehidupan nyata para kaum muda.
Saya rindu—dan masih tetap rindu—agar mereka bisa bertumbuh seperti Yesus, dalam hikmat, dalam perawakan, dalam kasih Allah dan manusia. Tapi bagaimana?
Pendekatan Holistik
Pola pandang Kristen memanggil kita untuk dapat menerapkan karya penebusan Kristus dalam segala segi kehidupan: keluarga, sekolah, masyarakat, gereja, uang, hobi, dll. Tapi pandangan Kristen tidak mengajarkan kita untuk memisah-misahkan segi kehidupan tsb, dari mana yang paling penting atau kurang penting bagi Kristus. Tapi karena Kristus adalah Tuhan atas seluruh hidup kita, kita harus mencari seluruh sumber yang ada untuk memperlengkapi anak-anak muda untuk menyerahkan seluruh aspek kehidupan mereka kepada keTuhanan Kristus—dan untuk mewujudkan komitmen mereka dalam hidup yang diubahkan.
Modal untuk bertumbuh
Salah satu sumber tersebut adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Search Institute (
Penelitian tersebut menemukan 40 hal dasar yang ada dalam kehidupan anak muda yang dapat menolak gaya hidup beresiko, dimana ke 40 hal tsb tidak ditemukan dalam kehidupan mereka yang sering terjerumus ke dalam hal-hal beresiko. Hal-hal tersebut disebut sebagai “modal”. Juga ditemukan adanya hubungan langsung antara jumlah modal yang dimiliki dengan kecenderungan para pemuda untuk terlibat dalam perilaku negatif. Kalau modalnya meningkat, perilaku negatif berkurang, dan sebaliknya. Pada umumnya anak-anak yang dapat menahan dirinya memiliki sebagian besar dari 40 modal tersebut.
Beberapa dari modal tersebut adalah:
-
Kasih
dan dukungan dari keluarga
-
Komunikasi
positif dalam keluarga
-
Batasan-batasan,
peraturan-peraturan dan disiplin dalam keluarga
-
Keterlibatan
orang tua dalam masalah sekolah
-
Hubungan
penuh perhatian dari orang yang lebih dewasa
-
Keteladanan
dari seorang dewasa dalam perilaku sosial
-
Keteladanan
dari teman-teman yang bertanggungjawab
-
Keterlibatan
rutin dalam kegiatan rohani
-
Keterlibatan
rutin dalam kegiatan positif
-
Keterlibatan
rutin dalam pelayanan masyarakat
-
Keterlibatan
rutin dalam seni
-
Sekolah
yang mengajarkan disiplin dan batasan perilaku
-
Membuat
PR paling tidak satu jam setiap hari
-
Membaca
paling sedikit tiga jam dalam seminggu
-
Sangat
menghargai tindakan menolong orang lain
-
Sangat
menghargai keadilan sosial
-
Memegang
kepercayaan dengan teguh
-
Berani
berkata benar meskipun ada resikonya
-
Membangun
persahabatan lintas budaya
-
Memiliki
pandangan positif tentang masa depan
Saya berpendapat bahwa kita pelayan kaum muda harus menimbang kembali peran kita dalam kehidupan anak muda yang kita layani. Biasanya kita memandang diri kita sebagai orang dewasa penuh perhatian—yang melalui proses membangun hubungan yang sehat—membuat anak-anak muda bertumbuh dalam pemuridan. Kita menjalankan program, mengadakan acara-acara, membuat bahan pelajaran, dan menunjukkan teladan iman Kristen pada anak-anak kita. Dengan melakukan ini, kita memenuhi Amanat Agung, dan memberikan sebagian modal dasar yang dijabarkan oleh Search Institute. Bentuk pelayanan pemuda semacam ini, yang sudah digunakan selama lebih dari setengah abad, masih tetap sangat penting dan efektif. Tetapi, meskipun demikian, saya mengusulkan perlunya sedikit pergeseran dari fokus kita selama ini.
Cara yang Baru
Sebagian besar peneliti perkembangan anak dan remaja setuju bahwa anak-anak jaman sekarang jauh lebih terekspos oleh informasi dan pengalaman-pengalaman yang dulunya hanya bisa didapatkan oleh orang dewasa—dan pada saat yang sama jauh lebih tidak terlindungi oleh orang tua dan masyarakat sekitar mereka. Dengan kata lain, mereka menghadapi masalah ganda. Banyak hal-hal mendasar yang diperlukan, hilang dalam kehidupan mereka.
Sesungguhnya pola tradisional pelayanan pemuda telah menggantikan beberapa elemen dasar ini, misalnya: adanya seorang kakak rohani yang memperkenalkan Yesus dan bagaimana bertumbuh dalam Dia. Saya tidak akan pernah meremehkan pentingnya hal ini. Tapi karena banyaknya asset yang hilang dalam kehidupan anak jaman sekarang, kita harus lebih strategis dan teliti untuk membantu mereka mendapatkan kembali semua asset yang diperlukan untuk hidup yang bijaksana, menghindari perilaku destruktif, dan membangun
Inilah cara saya sekarang melihat peran dari seorang pelayan pemuda: Seorang konduktor yang memimpin sebuah simponi orkestra yang terdiri dari orang-orang, pelayanan-pelayanan, dan program-program di sekitar kehidupan murid-murid mereka. Saya tidak menuntut bahwa seorang pelayan pemuda harus menjadi pakar orang tua, pendidikan, konseling, seni, motivasi, pembelajaran, komunikasi, manajemen waktu, dsb. Tapi saya berharap bahwa kita bisa menemukan orang-orang yang tepat yang ahli dalam hal-hal tersebut dalam masyarakat kita, dan membangun jembatan antara mereka dengan anak-anak kita. Karena anak-anak kita saat ini lebih terbuka dan rawan, saya percaya bahwa kita bertanggung jawab untuk membangun kembali tembok-tembok perlindungan untuk menjaga mereka, dan pada saat yang sama meruntuhkan tembok-tembok pemisah dan kekerasan di antara mereka.
Saya juga berpendapat bahwa kita harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan baru untuk mengevaluasi pelayanan kita. Sebagai contoh, pada waktu anak-anak sedang bersama dengan kita, apakah mereka:
-
mengalami
kasih dan dukungan dari orang tua mereka, bersamaan dengan batasan-batasan yang jelas, disipin, komunikasi positif dan
keterlibatan orang tua di sekolah?
-
Memiliki
hubungan dengan beberapa orang dewasa lain yang memperhatikan mereka, yang bisa
dijadikan teladan dalam perilaku dan mendorong mereka untuk melakukan yang
terbaik?
-
Terlibat
secara ajeg dalam aktifitas yang sehat dan positif, dalam pelayanan
kemasyarakatan, seni, dan aktifitas ekstrakurikuler?
-
Menikmati
seluruh proses pendidikan di sekolah mereka, mengerjakan tugas mereka dan
memiliki hobi membaca?
-
Memilih
teman secara bijak, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan memiliki
teman-teman yang berbeda budaya/ras?
-
Membangun
citra diri dan harapan masa depan yang cerah bagi diri mereka, membuat
keputusan-keputusan yang bijak, merasa aman di rumah, sekolah dan masyarakat?
-
Menerapkan
iman dalam kehidupan sehari-hari, mengendalikan diri, bertanggung jawab atas
perilaku mereka, dan peduli dengan orang lain?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membentuk dasar dari sebuah siklus program Pelayanan Pemuda. Saya percaya juga bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi sebuah tolok ukur yang membantu kita dalam menetapkan sasaran dalam membantu anak-anak muda membangun modal yang diperlukan dalam kehidupan mereka.
Berasal dari Beirut, Saleem Ghubril bersama keluarganya pindah ke Amerika tahun 1976 karena negaranya mengalami peperangan. Dia telah berada di pelayanan pemuda selama lebih dari tigapuluh tahun, dan telah melayani sejak 1985 sebagai direktur eksekutif Pittsburgh Project – sebuah pelayanan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada pemulihan kota dengan cara memulihkan komunitas lokal, memberdayakan masyarakatnya, mengembangkan pemimpin masa depan, melayani kaum miskin dan membangun Kerajaan Allah.
No comments:
Post a Comment