Akhirnya Spanyol menjadi juara dunia dengan mengalahkan Belanda. Bukan, saya bukan fans Spanyol, dan juga bukan fans kesebelasan manapun. Saya tidak suka sepakbola, karena bagi saya sepak bola terlalu membosankan. Duapuluh dua orang bermain & berkeringat lari sana sini selama 90 menit dengan jumlah skor gak sampai 5 (biasanya), tidaklah menarik bagi saya :-). Kenyataannya, sampai detik ini saya belum pernah menonton pertandingan bola secara penuh dari awal sampai akhir. Pernah mencoba sih, tapi karena sudah lebih dari 30 menit tidak ada hasil (gol) yang dicapai, sayapun menyerah dan mengganti channel TV.
Sekarang soal video porno 'mirip' Ariel, Luna Maya ataupun Cut Tari. Bukan, saya bukan fans Ariel, Luna, maupun Tari. Saya malah baru tahu mana orang yang namanya Cut Tari ya setelah berita pornofilm ini menghebohkan nusantara. Dan meskipun saya tidak ngefans sama mereka, pada saat diberitakan bahwa ada film porno yang dibintangi Luna Maya dan Cut Tari, ehem…. yach… sejujurnya ya… saya tetap tidak merasa perlu untuk mencari apalagi menonton video gituan… Jadi saya termasuk yang “masih suci”, tidak dicemari oleh segala kemaksiatan yang entah kenapa kok begitu dibesar-besarkan oleh media nasional. Saya bahkan tidak menonton satupun infotainment yang membahas tentang topik ini, sampai pada waktu liburan kemaren, saya sempat menonton sekilas Cut Tari yang menangis tersedu-sedu pada waktu ia minta maaf kepada semua orang di hadapan para wartawan. [Saya tidak tahu apakah ia menangis karena menyesal telah ketahuan bermesum ria betulan dengan Ariel, atau menangis karena dipaksa meminta maaf oleh pengacaranya sedangkan ia sendiri sebenarnya tidak melakukannya.]
Trus apa hubungannya piala dunia, video porno mirip artis, dengan panggilan untuk menyembah Tuhan? Begini…
Walaupun saya tidak suka sepak bola, gegap gempita piala dunia mau tidak mau membuat saya sedikit-sedikit cari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Siapa lawan siapa hari ini, tim mana saja yang diunggulkan, siapa yang masuk semi final, sampai berita si gurita peramal pun sempat mencuri perhatian saya [rupanya karunia nubuat tidak dibatasi pada manusia saja, hehe]. Tapi event ini begitu akbar dan megah, sehingga bagi orang seperti saya pun, mau tidak mau, merasa perlu untuk tidak ketinggalan berita. Bagi para gibol Indonesia, mereka bahkan bisa turut larut dalam pertandingan, mungkin turut emosional dalam ‘membela’ tim jagoan mereka, padahal tim tersebut bukan dari Indonesia. Teman-teman gereja pun, bersedia mengorbankan waktu tidur yang berharga untuk menonton langsung pertandingan. Barusan saya dengar kabar, pertemuan doa pagi para pendeta di Surabaya hari Senin pagi kemarin jadi sepi, rupanya banyak juga pendeta dan gembala gereja yang begadang nonton final Belanda vs. Spanyol.
Kasus pornofilm Ariel juga begitu. Di internet mungkin ada puluhan juta film porno yang bisa didapat dengan mudah. Pornofilm yang melibatkan artis terkenal juga cukup banyak. Tapi yang satu ini agak berbeda, entah mengapa kasus ini meledak begitu besar, sampai presiden pun turut campur. Baru kali ini presiden sebuah negara ikut mengomentari sebuah film porno. Tidak hanya di Indonesia, media sekelas New York Times pun menaruh perhatian. Kasus amoralitas yang sebenarnya tidak luar biasa, menjadi luar biasa karena dukungan media. Di facebook sendiri ada seorang pendeta, gembala jemaat, yang dengan jujur mengakui bahwa ia telah menonton pornofilm tsb, dan kemudian berkomentar: “biasa aja tuh, saya gak terpengaruh…” [amiinnn :-P] Saya sendiri mau tidak mau merasa perlu untuk cari tahu dikit-dikit, padahal mestinya tidak ada urusan yang perlu diketahui soal ini.
Mengapa saya jadi kepingin cari tahu tentang hal-hal yang sedang jadi pembicaraan semua orang, padahal semestinya saya tidak berurusan, bahkan tidak tertarik pada topik tersebut? Mengapa “mengetahui berita heboh terkini” menjadi sebuah hal yang saya kejar? Saya rasa kecenderungan ini bukan terjadi pada saya saja, tapi pada semua manusia. Mengapa ada orang-orang yang ngefans berat pada seseorang, sehingga berusaha mengetahui segala hal tentang ybs? Mengapa orang-orang berebut untuk berfoto bersama dengan artis, dan kemudian sedapat mungkin memamerkan foto2 tsb? Mengapa facebook yang adalah wadah untuk “memamerkan diri” menuai keberhasilan yang luar biasa dengan ratusan juta pengguna?
Jawabnya: ada sebuah kapasitas sekaligus kekosongan besar dalam diri manusia, yaitu untuk mengagumi dan dikagumi.
Ada sesuatu yang hilang dalam diri setiap manusia, yaitu Kemuliaan Allah (Rom 3:23). Manusia diciptakan di dalam kemuliaan dan untuk kemuliaan Allah. Apa dan gimana sih kemuliaan yang hilang itu? Gampangnya mungkin gini: kemuliaan tsb adalah yang membuat manusia begitu penuh, puas, berharga, mulia, percaya diri dalam takaran yang sempurna, sedemikian sempurna sehingga bahkan mereka bisa telanjang dan tidak merasa malu (Kej 2:25). Manusia diciptakan untuk menjadi berharga, mulia, mengagumkan; semuanya untuk menyatakan betapa mulianya Allah sang pencipta itu. Manusia adalah ciptaan terbaik dari Allah, dan Allah sangat puas dengan pekerjaanNya.
Tidak hanya dengan keberadaan yang mengagumkan, manusia diciptakan juga untuk mengagumi penciptaNya. Dikagumi dan mengagumi, itulah kerinduan yang terbesar dalam diri manusia, sebuah kerinduan untuk kemuliaan yang hilang. Dalam kegelapan dosanya, manusia tetap mencari pemenuhan ini. Wujudnya adalah sebuah kerinduan yang sangat kuat untuk senantiasa menjadi, berdekatan, berhubungan, tahu, kenal, nyambung dengan segala hal yang bersifat spektakuler, menakjubkan, populer, atau dengan satu kata: mulia. Bisa menjadi “mulia”, atau terhubung dengan sesuatu yang “mulia” menimbulkan kepuasan yang unik dan tak tergantikan. Sebuah kepuasan yang hanya dimiliki oleh ciptaan yang segambar dengan Allah.
Kitab Ibrani menceritakan tentang apa sebenarnya yang dicari oleh orang2 yang rela memberikan nyawa demi iman mereka. Sama seperti semua manusia, para pahlawan iman ini juga mencari kemuliaan yang hilang, hanya saja mereka mencarinya ke arah yang tepat, yaitu ke ‘tanah air sorgawi’:
“Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air…yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi.” Ibr 11:13-16
Mengapa saya menghubungkan semua ini dengan penyembahan kepada Allah? Karena penyembahan yang sejati adalah satu-satunya cara kita dapat mencicipi kemuliaan tanah air kita yang sebenarnya. Penyembahan membuat kita terhubung dengan Pribadi paling mengagumkan di seluruh alam semesta. Kepuasan menonton siaran langsung, pada saat tim kesayangan kita menjadi juara dunia, pada saat kita mengetahui segala hal tentang artis pujaan, pada saat kita bisa berfoto atau bahkan makan bersama seorang yang kita kagumi, seluruh kepuasan itu, kalikan dengan sejuta, mungkin akan mendekati kepuasan pada saat kita bisa berjumpa dan bersekutu dengan Allah pencipta kita melalui penyembahan.
Tetapi mengapa dalam kenyataan kehidupan penyembahan kita tidaklah sememuaskan itu? Karena kapasitas kita untuk mengagumi telah dirampok habis-habisan. Dalam kemajuan informasi seperti sekarang, kita terlalu banyak mengagumi hal-hal, berita-berita, orang-orang, film-film, lagu-lagu, dan segala macam karya manusia lainnya. Mengagumi hal yang memang mengagumkan tidaklah salah, tapi sebagai manusia, kita memiliki kapasitas yang terbatas. Bagi orang yang kekenyangan, aroma masakan koki terbaik pun bisa membuat mual. Demikian juga penyembahan dapat menjadi sebuah aktifitas membosankan yang melelahkan. Bukannya dipuaskan oleh perjumpaan dengan Allah yang mulia, penyembahan dan ibadah menjadi sebuah kewajiban tak terlalu penting yang akan dengan mudah dikalahkan oleh, katakan saja, siaran langsung final piala dunia.
Manusia adalah makhluk paling cerdas di alam semesta, yang sayangnya, sering mencari apa yang dia sungguh-sungguh inginkan di tempat yang jelas-jelas salah [aneh yach…]. Saya sekarang belajar untuk membatasi kekaguman saya kepada apapun selain Tuhan. Seluruh fokus kekaguman saya hanya boleh tertuju kepada satu Pribadi saja. Menjadi seorang penyembah sejati tidaklah mudah, dan Bapa mencari penyembah yang demikian. Saya akan terus belajar dan belajar. Semoga lebih banyak orang menempuh jalan sempit yang saya tempuh sekarang ini. Tuhan memberkati.